
PEREMPUAN DESA DI SIGI BANGKIT JADI PENJAGA DAMAI KOMUNITAS .
- kpkpst /
- Views : 56
Di balik indahnya hamparan alam Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tersimpan dinamika sosial yang tak bisa diabaikan. Perselisihan soal batas wilayah, perebutan sumber daya alam, hingga perbedaan pandangan agama dan sosial kerap menjadi bara dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa menyulut konflik.
Ketika pendekatan keamanan saja tak lagi cukup, harapan justru datang dari mereka yang kerap terpinggirkan: para perempuan desa.
Mereka berkumpul dalam kegiatan Women Gathering yang digagas oleh Yayasan Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST). Program ini merupakan bagian dari inisiatif Wenexux: Perempuan Pembawa Damai dan Tangguh Bencana, hasil kerja sama antara KPKP-ST, Yayasan Kerti Praja, UNFPA, UN Women, dan KOICA.
Sejak Maret 2025, Women Gathering digelar di tiga desa: Desa Bangga dan Rogo di Kecamatan Dolo Selatan, serta Desa Kaleke di Kecamatan Dolo Barat. Tujuannya satu: memperkuat peran perempuan dan pemuda sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan penanganan konflik sosial.
Belajar Mengenali dan Mencegah Konflik
Dalam pertemuan yang diadakan pada 27 dan 30 April 2025, para peserta yang didominasi oleh perempuan dan remaja putri belajar langsung dari para ahli. Salah satunya adalah Direktur Karsa Institute, Saiful Tamsil, yang menyampaikan pentingnya memahami konflik sosial secara mendalam.
“Perbedaan itu wajar. Tapi ketika dibiarkan tanpa penyelesaian, ia bisa berkembang menjadi konflik yang merusak,” ungkap Saiful, yang akrab disapa Kak Ipul. Ia menjabarkan bahwa konflik bisa muncul dari relasi sosial, perbedaan nilai, bahkan data yang keliru. Ia juga memperkenalkan siklus resolusi konflik dan pentingnya deteksi dini di tingkat komunitas.
Materi hukum pun menjadi bagian penting. Sandy, SH - pengacara sekaligus Koordinator Advokasi WALHI Sulteng, mengingatkan pentingnya memahami Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan PP Nomor 2 Tahun 2015 sebagai dasar hukum yang mengatur mekanisme pelaporan, pencegahan, hingga pemulihan pasca-konflik.
"Kunci utama bukan hanya di pemerintah dan aparat, tapi juga masyarakat yang siap dan sadar akan hak serta perannya," tegasnya.
Para wanita tangguh sedang mengikuti pemberian materi. (Foto: Dokumentasi KPKP-ST)
Kaleke: Desa yang Siap Menjadi Teladan
Dua hari setelah kegiatan di Kecamatan Dolo Selatan, Women Gathering dilanjutkan di Desa Kaleke, Kecamatan Dolo Barat. Sambutan hangat datang dari Sekretaris Desa Kaleke, Agung Cahyanto, yang juga Koordinator Jaringan Kampung Nusantara.
Ia menuturkan bahwa sejak berdirinya Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Desa pada 2021, banyak kasus kekerasan bisa ditangani lebih cepat, bahkan dicegah.
"Satgas PPA bukan sekadar simbol, tapi wujud nyata keberpihakan desa terhadap korban. Kami bahkan menyisihkan anggaran desa setiap tahun untuk mendukung kegiatannya,” ujar Agung.
Narasumber utama di Kaleke, Dedi Askary, SH dari Komnas HAM Sulteng, menyoroti pentingnya strategi rekonsiliasi. Ia menekankan bahwa konflik sosial tidak bisa dianggap remeh karena berdampak luas, apalagi bagi kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, lansia, dan disabilitas.
“Pencegahan harus dimulai dari desa. Pemuda harus dilibatkan sebagai pelopor perdamaian,” tegasnya.
Ketika Perempuan Tidak Lagi Diam
Women Gathering bukan sekadar diskusi atau pelatihan. Ia adalah ruang aman bagi perempuan untuk bersuara, berbagi pengalaman, dan membangun solidaritas. Dari sini, mereka menyadari bahwa perubahan bisa dimulai dari mereka sendiri.
Program ini memberi harapan baru: bahwa perdamaian bukan hanya urusan aparat, tokoh adat, atau elite politik. Perdamaian adalah hak dan tanggung jawab bersama—terutama mereka yang selama ini hanya menjadi korban.
Dengan terus mengembangkan mekanisme pelaporan, membangun jejaring dukungan, dan menyebarkan edukasi, para perempuan di Sigi menegaskan satu hal: mereka bukan lagi hanya penonton dalam konflik sosial. Mereka kini berdiri di garis depan, sebagai penjaga damai komunitas mereka.
Sumber : https://www.indotren.com/nasional/32215107892/perempuan-desa-di-sigi-bangkit-jadi-penjaga-damai-komunitas